Gempa 6,8 SR Guncang Turki, Air Berwarna Merah Darah Keluar dari Jalanan yang Retak dan Buat Resah
Monday, February 10, 2020
Edit
Akhir bulan Januari 2020 Lalu, Negara Turki dilanda dengan guncangan gempa hebat.
Berkuatan 6,8 Skala Richter meluluhtangkan beberapa bangunan dan menewaskan puluhan orang.
Berkuatan 6,8 Skala Richter meluluhtangkan beberapa bangunan dan menewaskan puluhan orang.
Tak hanya disitu, akibat gempat bumi hebat tersebut muncul fenomena aneh di Turki.
Dilansir dari Daily Star, sebuah cairan merah bak darah mendadak keluar dari tanah.
Di jalanan yang terbelah akibat guncangan dahsyat gempa bumi tersebut.
Hal ini membuat warganet mengira sebagai salah satu tanda-tanda akhir dunia.
Mengutip dari Daily Star yang mengunggah video detik-detik cairan merah tersebut keluar.
Adapun diketahui jika gempa tersebut berpusat di dekat Sivrice, Turki juga menyebabkan serangkaian gempa susulan berkisar antara 5,4-3,3.
Munculnya cairan seperti darah tersebut sempat membuat kekacauan dan keresahan warga.
Kendati demikian banyak orang yang beranggapan jika air merah yang keluar merupakan pewarna yang ditambahkan dalam persediaan air. Digunakan untuk membantu proses pendeteksian kebocoran air.
Sayangnya teori itu juga mendapatkan tantangan dari sejumlah orang tak setuju.
Lantaran teknisi biasanya menggunakan warna yang lebih cerah seperti hijau dan kuning.
Yang lain berspekulasi lebih banyak penjelasan supernatural, menunjukkan bahwa bab ke-16 dalam Kitab Wahyu menghitung tahapan ke kiamat, meramalkan bahwa:
"Malaikat ketiga menuangkan mangkarnya di sungai dan mata air, dan mereka menjadi darah."
Bagaimanapun, ini masih merupakan pengingat bahwa kita harus banyak memperbaikinya dalam hal bagaimana kita telah merawat planet kita, karena berdasarkan pada bagaimana kita telah memperlakukan dunia kita, mungkin sudah waktunya kita dihancurkan begitu bahwa alam ibu dapat memiliki awal yang baru.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang Provinsi Elazig, sekitar 550 kilometer dari ibu kota Ankara, Turki, pada Jumat (24/1/2020) sore. Gempa tersebut kemudian diikuti oleh gempa susulan sebanyak lebih dari 250 kali, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (25/1/2020).
Guncangan gempa juga dirasakan oleh sejumlah negara tetangga, seperti Suriah, Iran, dan Lebanon. Setidaknya 21 orang dilaporkan meninggal dunia, 17 di antaranya di Elazig dan empat lainnya di Provinsi Malatya.
Otoritas Bencana Turki (AFAD) mengatakan, lebih dari 1.030 orang terluka dan dirawat di rumah sakit setempat. Terjebak reruntuhan Sejumlah petugas kini tengah berusaha menyelamatkan korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Pekerja darurat di Elazig dilaporkan berhasil menyelamatkan tiga orang setelah terjebak 12 jam di bawah reruntuhan.
Menurut laporan pemerintah setempat, setidaknya ada 30 orang yang masih terjebak reruntuhan gempa dan menunggu bantuan.
Televisi lokal Turki menunjukkan rekaman puluhan pekerja tengah berupaya menggali reruntuhan bangunan untuk menyelamatkan korban. Di tengah suhu dingin -8 derajat celsius, para petugas bekerja sepanjang malam untuk menemukan korban dengan peralatan seadanya.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menggambarkan insiden tersebut sebagai bencana "level 3". Artinya, dibutuhkan respons secara nasional untuk menangani bencana gempa yang mengguncang wilayah timur Turki tersebut.
Sementara itu, Presiden Recep Tayyib Erdogan menyampaikan dukacita kepada para korban dan akan mengambil langkah cepat untuk membantu para korban.
"Doa kita kepada para korban dalam gempa bumi, dan segera memberikan penanganan mendesak bagi mereka yang terluka," kata Erdogan melalui akun Twitter-nya.
Antisipasi gempa susulan Sebagai upaya mengantisipasi adanya gempa susulan, AFAD memperingatkan warga untuk tidak kembali ke rumahnya.
Saat ini, pihak AFAD telah mengirim bantuan yang dibutuhkan, seperti tempat tidur, selimut, dan tenda ke tempat pengungsian di gimnasium olahraga. Makanan, pemanas, dan bahan-bahan lain juga sedang dalam proses pengiriman ke wilayah tersebut.
Dalam catatan kegempaan, Turki pernah diguncang gempa berkekuartan 7,6 SR pada Agustus 1996 yang menewaskan 17.000 orang dan mengakibatkan 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. Selanjutnya, gempa pada 2011 juga mengakibatkan 523 orang meninggal.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang
Sumber : Berbagai Sumber Media Online